Minggu, 13 Desember 2009

Ekologi Tumbuhan



LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG EKTUM














Disusun Oleh Kelompok 5:

  1. Bayyudh Att (08330097)

Ira Puspita (08330099)

Vicky Hidayat (08330101)

Ella Nur Aziza (08330102)

Widya Sri (08330103)

Heriyanto (08330104)

Moh. Jefri Hidayat (08330105)

Iin aslinasari (08330109)

Dony Hendro P (08330111)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

LABORATORIUM BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2009


BAB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.

Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Soemarto, 2001).

Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).


    1. Rumusan masalah

  • Bagaimana kesuburan jenis individu tertentu di Coban Rondo dalam perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungan?

  • Bagaimana rhytmis dalam kehidupan tumbuhan tertentu disana terkait dengan musim?

  • Vegetasi atau tumbuhan apa saja yang mendominasi pada praktikum kemarin?

  • Apakah jenis tumbuhan yang mendominasi suatu vegetasi pada praktikum kemarin ?

    • Bagaimana bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat dan metode garis.

    • Bagaimana menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan metode garis.

  • Bagaimana menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi, dan frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa plot)


    1. Tujuan

    • Untuk mengetahui rhytmis di dalam suatu kehidupan tumbuhan tergantung dari musim ( karena setiap tumbuhan berbeda dalam setiap musimnya).

    • Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tumbuhan dalam perkembangannya, sebagai reaksi terhadap lingkungan.

    • Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi dalam sebuah vegetasi.

    • Untuk mengetahui jenis-jenis pohon dan hutan yang ada di Coban Rondo.

    • Untuk mengetahui bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat dan metode garis.

    • Untuk dapat menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan metode garis.

  • Untuk menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi, dan frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa plot)

BAB II

DASAR TEORI


2.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi

2.1.1 Vitalitas

Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi yang hidup
diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan tumbuhan tahunan.
Tumbuhan musiman, segera akan tumbuh apabila hujan turun umumnya relatif
pendek, tetapi bijinya tahan lama. Sedangkan untuk tumbuhan menahun dengan
ciri-cirinya:

  • Berdaun kecil dan berdaun lebar

  • Terdiri dari kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, dan tumbuhan tua.

  • Ada yang terdiri dari bunga, buah, dan biji.

Vitalitas bertujuan untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, sebagai reaksi dengan lingkungan. Hal ini dapat di lakukan
dengan lengkap tidaknya siklus hidup dari spesies tadi di dalam vegetasi. Salah
satu cara dalam menggambarkan vitalitas ini adalah memperhatikan empat keadaan
sehubungan dengan siklus hidupnya, yaitu: adanya kecambah, adanya tumbuhan
muda, adanya tumbuhan dewasa, dan adanya tumbuhan tua. (Harun, 1993)


2.1.2 Perioditas

Perioditas ini menyatakan keadaan“Rhytmis” di dalam suatu kehidupan tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan keadaan adanya daun, buah, bunga dan biji (Rahardjanto, 2004).


2.1.3 Stratifikasi

Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh keadaan bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995)



2.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan

Untuk memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anwar,1995)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah

  1. Iklim

Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.

  1. Keragaman Habitat

Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.

  1. Ukuran

Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).


2.3 Metode Kuadrat dan Metode Garis

2.3.1 Metode Kuadrat

Bentuk Cuplikan

Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).



Sistim analisis

1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan didalam area cuplikan. Pada beberapa keadaan kesulitan dalam melakukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.

2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.

  1. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan di jumpai dlam sejumlah area cuplikan (n) di bandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat (N) biasa dalam persen (%).

Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Tabel skala nilai kelas kerapatan dan kerimbunan (dominansi) menurut Misra dan Puri (1954), Braun Blanquet (1932).

Kelas Kerapatan Kerimbunan 5 Rapat sekali (dominan): tumbuhan sangat banyak dan selalu terlihat disekeliling plot. Menutupi 100% - 76% luas plot 4 Rapat (kodominan): terdapat dua atau lebih spesies yang dominan. Menutupi 75% - 51% luas plot 3 Agak jarang: tumbuhan masih terlihat dari tengah plot. Menutupi 50% - 26% luas plot
2 Sedikit: dapat dicrai sambil berjalan tanpa mengganggu tumbuhan lain. Menutupi 25% - 0,5% luas plot
1 Sangat jarang: hanya dapat ditemukan dengan jalan mencari diantara tumbuhan lain. Menutupi < 0,5% luas plot. Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Muller (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Danserau - Dombois, 1974)l.
Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.

3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara,1998).


2.3.2 Metode Garis

Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan metode garis untuk menganalisis vegetasi. Panjang sample berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan berupa garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh kekompleksitasan dari hutan tersebut

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).


2.4 Metode Tanpa Plot (Intersepsi Titik)

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa plot) merupakan analisa vegetasi yang mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.




























BAB III

PROSEDUR KERJA


3.1

3.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum, dan Penyebaran Percontoh

3.2.1 Alat dan Bahan semula

  • Pasak ukuran 1 meter @ 12 buah

  • Tali raffia

  • Alat tulis

  • Kertas millimeter blok

3.2.3 Cara Kerja

a. menentukan luas minimum

  • Menyiapkan empat pasak dan talia raffia, mengikat tali raffia pada tiap pasak sehingga membentuk bujur sangkar dengan ukuran (5x5) m2. Mencatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.

  • Memperluas kuadrat yang telah dibuat 2x semula menjadi (5X10) m2. Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang telah diperluas lagi.

  • Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu menjadi (10x10) m2, (20x20) m2,... dan seterusnya sampai tidak ada penambahan jenis tumbuhan baru.

  • Membuat grafik luas minimum.

  1. Penentuan jumlah minimum

  • Menyebarkan secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1 meter, mencatat jumlah jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tadi.

  • Menyebarkan lagi tiga kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-masing 1x1 m, dan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.

  • Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai 5 kali pengamatan masing-masing membuat 3 kuadrat.

  • Menyusun seri kuadrat tadi berdasarkan jumlah jenis dari jumlah sedikit ke jumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dulu diambil.

  • Membuat grafik jumlah minimum.


BAB IV

DATA PENGAMATAN


4.1 Vitalitas, Perioditas, dan Stratifikasi

Tabel1. Vitalitas

No

Nama Pohon

Kelengkapan (ada/tidak tumbuhan muda,tua dan dewasa)

1

Cemara

_

2

Pinus

_

3

Pohon A

Tumbuhan muda

4

Pohon B

_

5

Pohon C

_


Tabel 2. Perioditas

No

Nama Pohon

Daun

Bunga

Buah

Biji

1

Cemara

-

-

-

2

Pinus

-

-

3

Pohon A

-

-

-

4

Pohon B

-

-

-

5

Pohon C

-

-

-


Tabel 3. Stratifikasi

No

Nama Pohon

Tinggi Pohon (cm)

Dbh (cm)

Semai

Pancang

Tiang

Pohon

1

Cemara

250

10




2

Pinus

700

13




3

Pohon A

157

2




4

Pohon B

3000

124




5

Pohon C

650

15





4.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan

Table luas minimum

no

Nama spesies

Luas plot

1x1

2x2

3x3

4x4

5x5

1

Cemara

2

Pinus

3

Pohon A

4

Pohon B

5

Pohon C

Table jumlah minimum

No


Seri 1

Seri 2

Seri 3

P1

P2

P3

pi

P2

P3

P1

P2

1

Rumput teki

2

Kelincir




3

Ilalang




4

Tumbuhan A




5

Tumbuhan B




Jumlah total

3

2

5

3

3

4

5

3


4.3. Pengamatan Metode Garis

Garis ke-1

No

Spesies

Segmen I

Segmen II

Segmen III

Segmen IV

Segmen IV

Total


Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

1

Rumput teki

2

12

5

30

3

18

1

6

2

12

13

78

2

Klencir

9

36

3

12

5

20

2

8

3

12

22

88

Garis ke-2

No

Spesies

Segmen I

Segmen II

Segmen III

Segmen IV

Segmen IV

Total


Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

1

Rumput teki

20

60

3

18

5

30

8

48

2

12

38

168

2

Klencir

10

40

2

8

4

16

2

8

3

12

21

89

Garis ke-3

No

Spesies

Segmen I

Segmen II

Segmen III

Segmen IV

Segmen IV

Total


Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

1

Rumput teki

15

60

5

30

3

18

1

6

4

24

28

138

2

Klencir

7

28

6

24

2

8

-

-

3

12

16

72

Garis ke-4

No

Spesies

Segmen I

Segmen II

Segmen III

Segmen IV

Segmen IV

Total


Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov


Rumput teki

20

120

1

6

8

48

3

18

10

60

42

252


Klencir

7

28

3

12

5

20

2

8

2

8

19

98

Garis ke-5

No

Spesies

Segmen I

Segmen II

Segmen III

Segmen IV

Segmen IV

Total


Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov


Rumput teki

21

126

7

42

3

18

5

30

6

36

42

252


Klencir

8

32

5

20

2

8

2

8

3

12

20

80

Tabel NP (Nilai Penting)

No

Jenis Tumbuhan

NP%

1

Rumput teki

0,0026

2

Klencir

0,00236

4.4 Pengamatan metode Kuadrat

No

Spesies

Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

Plot5

Total



Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

Cov

1

Rumput teki

9

36

12

48

41

164

10

40

9

36

81

324

2

Tnm klencir

50

200

60

240

55

220

40

160

45

180

250

1000

3

Ilalang

30

120

40

160

7

28

20

80

15

60

112

448

4

Urang aring

22

88

4

16

11

44

11

44

13

52

61

244

5

P. Elephanus

19

76

70

280

9

36

43

172

54

216

195

975

Tabel.I.I NP ( Nilai Penting)

No

Jenis Tumbuhan

NP%

1

Rumput teki

9,606

2

Tanaman klencir

29,649

3

Ilalang

13,282

4

Urang aring

7,234

5

Pseudo elephanus

23,126








BAB V

PERHITUNGAN


4.1 Perhitungan Metode Garis

Kabs rumput teki = 150 : 50 = 3


Kabs Kelincir = 98 : 50 = 1.96



Dabs rumput teki = 888 : 1315 = 0.68


Dabs kelincir = 427 : 1315 = 0.325




Fabs rumput teki = 25 : 25 = 1


Fabs kelincir = 24 : 25 = 0.96




Krelatif rumput teki = 3 : 5.22 = 0.57


Krelatif kelincir = 1.96 : 5.22 = 0.37




Drelatif rumput teki = 0.68 : 1.005 = 0.67


Drelatif kelincir = 0.325 : 1.005 = 0.32



Frelatif rumput teki = 1 : 1.96= 0.51


Frelatif kelincir = 0.96 : 1.96 = 0.49



NP = Kr +Dr+Fr

NP A (Rumput teki) = Kr A+DrA+FrA

= 0.57+0.67+0.51 = 1.75

NP B (Kelincir) = Kr B +Dr B +Fr B

= 0.37+0.32+0.49 = 1.18


4.2. Perhitungan metode kuadrat



Dabs rumput teki = 81: 50 = 1.62

Dabs kelincir = 250 : 50 = 5

Dabs ilalang = 112 : 50 = 2.24

Dabs urang- arring = 61 : 50 = 1.22

Dabs p. elephanus = 195 : 50 = 3.9



Fabs rumput teki = 5 : 5 = 1

Fabs kelincir = 5 : 5 = 1

Fabs ilalang = 5 : 5 = 1

Fabs urang-aring = 5 : 5 = 1

Fabs p.elephanus = 5 : 5 = 1


Jumlah total semua jenis = 1.62 + 5 + 2.24 + 1.22 + 3.9

= 13.98

Jumlah total semua jenis = 1 + 1 + 1 + 1 + 1

= 5


Drelatif rumput teki = 1.62 : 13,98 x 100% = 11.58%

Drelatif kelincir = 5 : 13.98 x 100% = 35.76%

Drelatif ilalang = 2.24 : 13.98 x 100% = 16.02

Drelatif urang-aring = 1.22 : 13.98 x 100%= 8.72%

Drelatif p. elephanus = 3.9 : 13.98 x 100% = 27,8%



Frelatif rumput teki = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif kelincir = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif ilalang = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif urang-aring = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif p. elephagus = 1 : 5 x 100% = 20%

NP X =

NP Rumput teki = 11.58% + 20% = 31.58%

NP Kelincir = 35.76% + 20% = 55,76%

NP Ilalang = 16.02% + 20% = 36.02%

NP Urang-Aring = 8,72% + 20% = 28.72%

NP P. elephagus = 27.8% + 20% = 47.8%





BAB VI

PEMBAHASAN


6.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi

Pada praktikum vitalitas, perioditas, dan stratifikasi ini di lakukan di Coban Rondo. Pada pratikum mengenai vitalitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kecambah, tumbuhan muda,tumbuhan dewasa, dan tumbuhan tua disekitar pohon yang kita amati. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis pohon apakah yang umum terdapat pada hutan ini. Hal ini pual bias digunakan sebagai gambaran jenis hutan apakah Coban Rondo, Hutan masa lampau, masa sekarang atau masa depan.

Sesuai dengan hasil pengamatan dari segi vitalitas,perioditas dan startifiasi dapat disimpulkan bahwa jenis hutan ini adalah hutan masa sekarang.

6.2 Luas Minimum dan Jumlah Minimum

Untuk metode jumlah minimum setelah di buat plot dengan ukuran 5 x 5 m2
secara acak yang masih di dalam luas area tertentu lalu didalamnya dibuat plot
1x1 meter. Pada plot kecil ini dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati didalamnya, lalu setelah itu pebesar menjadi 2x2 dan catat kembali hasilnya. Perbesaran plot dihentikan sampai ada jenis tanaman yang sama pada perbesaran plot baru dengan plot sebelumnya. Secara garis besar kami dapatkan 5 jenis tanaman yang berbeda yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan tumbuhan.

Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat dan sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi komunitas, frekuensi spesies dan kisaran kondisi. Dengan metode ini 20-30 transek dalam kebanyakan kondisi digunakan tiap baris, jumlah titik inilah yang memuat spesies tertentu merupakan angka presentase. (Rasyid, 1993).

6.3 Metode Garis

Pada percobaan dengan menggunakan metode garis, dilakukan dengan menyebarkan 5 garis yang masing-masing sepanjang 6 meter dan dibagi menjadi 1 meter. Melewatkan garis tersebut pada titik pusat kelompok vegetasi dan pengamatan dilakukan. Invenarisasi jenis vegetasi dengan menghitung kerapatan, dominansi, frekuensi serta indeks nilai penting.

Pada percobaan yang telah dilakukan untuk metode garis telah diketahui bahwa terdapat 2 jenis vegetasi yang dilewati 5 garis. Pada masing-masing garis terdapat spesies yang sama yaitu kelincir dan rumput teki. Dari kedua vegetasi tersebut rumput teki memiliki nilai penting terbesar dari pada rumput kelincir, sehingga kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

6.4 Metode Kuadrat

Percobaan dengan menggunakan metode kuadrat hampir sama dengan metode garis. Dalam metode kuadrat, suatu vegetasi dianalisa dengan parameter dominansi dan frekuensi. Dominansi terbagi menjadi dominansi absolut dan dominansi relatif. Dominansi absolut diperoleh melalui pembagian antara jumlah titik yang tersentuh oleh jenis tertentu dibagi dengan jumlah titik total. Sedangkan dominansi relatif diperoleh dari pembagian antara dominansi absolut jenis tertentu dengan jumlah total dari dominansi absolut semua jenis dikalikan 100 persen. Sama halnya dengan dominansi, frekuensi terbagi menjadi frekuensi absolut dan frekuensi relatif. Frekuensi absolute diperoleh melalui pembagian antara jumlah seri yang mengandung jenis tertentu dengan jumlah seluruh seri. Sedangkan frekuensi relatif diperoleh dari pembagian antara frekuensi absolute jenis tertentu dengan jumlah total frekuensi absolute semua jenis dikalikan 100 persen.

Dari data pengamatan dan perhitungan antara dominansi absolut, frekuensi absolute, dominansi relatif serta frekuensi relatif dapat diketahui bahwa nilai penting dari jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan yang terbesar adalah nilai penting pada tanaman kelincir dan terendah pada yrang-aring. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tanaman kelincir dapat berkembang dan tumbuh dengan baik pada lingkungan ini. Dengan demikian bahwa dengan metode kuadrat (intersepsi titik) ini dapat diketahui bahwa tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.






BAB VII

KESIMPULAN

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :

  1. Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik.

  2. Dalam metode intersepsi titik, variabel-variabel yang digunakan adalah dominansi dan frekuensi.

  3. Tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

  4. Pada metode garis rumput teki merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

  5. Pada pengamatan luas minimum ditemukan 5 jenis tumbuhan yang ditemukan pada setiap plot, tumbuhan ini adalah pinus, cemara, pohon A, Pohon B, dan pohon C. sedangkan pada tabel jumlah minimum ditemukan 5 jenis tumbuhan yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan tumbuhan B. rumput teki mendominasi pada luas minimum ini.

  6. Pada tabel vitalitas tumbuhan pada semua pohon tidak ditemukan apa-apa kecuali pada pohon A ditemukan tumbuhan muda. Pada pengamatan perioditas, semua jenis pohon yang ditemukan tidak lengkap. Pada semua pohon hanya ditemukan daun, kecuali pohon pinus ditemukan daun dan bunganya.









DAFTAR PUSTAKA


Anwar, 1995, BiologiLingkungan. Ganexa exact. Bandung.

Guritno, 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.

Horizon, 1969. Absorbtion of organicmumen soil science 50 hal 436-483

Haddy. 1986. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.

Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Gramedia: Jakarta

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.

Rahardjanto Abdul Kadir, 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang

Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka Rosdakarya

Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB

Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar